Rabu, 10 Oktober 2012

Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part6

Diposting oleh Unknown di 2:30 PM
      Pada tanggal 21 September 2012 aku sakit, badanku drop dan nggak bisa bangun. Akhirnya aku istirahat di penginapan depan RS dimana ilham dirawat. Di situ aku kecewa ama diriku sendiri. Kenapa harus sakit? Aku jadi pisah ma kamu. Aku jadi nggak bisa disampingmu. Akhirnya sore hari aku merasa sudah sanggup berdiri, lalu dengan keringat dingin kluar deras aku kuat-kuatkan untuk berjalan kembali ke RS dan kebetulan teman-teman kuliahnya ada disana menjenguk dia. Karena keadaan dia harus steril di dalam kamar itu, aku cuma bisa melihat dia dari ambang pintu, takut dia tertular. Tapi tangannya melambai ke aku. Manggil aku. Aku cuma bisa memelas sambil menggeleng kepala. Oksigen yang dia pakai, sudah benar-benar dibatas maksimal. Tapi tunanganku itu tetep sesak dan semakin sesak.

     Dia minta papa dan mama nya bergantian memeluk dia dan dia meminta maaf atas segala kesalahannya pada kedua orangtuanya. Aku nggak bisa menahan semuanya. Aku nggak bisa menahan yang akan keluar dari mataku. Lalu dia berkata,"Bawa aku pulang pa. Aku pengen ke pantai." Tapi orangtuanya tidak menuruti karena keadaan dia yang sudah seperti ini. Malamnya dokter anastesi yang sangat dia kagumi datang. Karena memang aku yang menghubungi beliau. Dokter itu lah yang menolong dan menunggui ilham pada saat ilham kritis di ICU RS pasca operasi. Dokter sudah tau keadaan ilham karena papanya sudah menceritakan. Dokter pun membantu mengusahakan membantu meredakan sesak nafas ilham. Semampunya. Tapi ilham tetap seperti itu. Dia menggenggam tangan dokter dan berkata, "Sangat sesak dok. Tolong dok." Dan dokter berusaha menghiburnya dengan kata-kata agar ilham tidak panik. Karena memang itu lah batas kemampuan dokter yang juga sebagai manusia. Itu lah keterbatasan hamba Allah.


Ilham sempat bilang kalau dokter idolanya ini penyelamat dia, "He is  like a hero for me."

   Saat keluarga-keluarga ilham datang, aku dan dokter di luar. Dokter berusaha menenangkan aku, dia bilang pernah merasakan hal yang sama seperti aku dulu. Dan dokter mulai bercerita tetang ibunya. Dulu ibu nya sakit kanker mata dan saat terakhir, kondisi nya lebih buruk dari ilham. Dokter bilang, "Saya percaya ilham orang baik. Memang hanya orang-orang terpilih yang sakit seperti ini." Disitu air mataku makin deras dan makin deras. 


Akhirnya aku kembali ke penginapan karena sudah lemes banget dan memikirkan besok. Aku takut hari besok datang. Sangat takut. Besok adalah penentuan. Bila hasil tes darah leukositnya turun, maka dia langsung dikemotherapy. Namun bila leukositnya meningkat, dokter menyerahkan ke keluarga. Tidak dikemotherapy, atau tetap dikemotherapy dengan resiko yang ada yaitu tumor mengecil (best case) atau ilham koma (worst case).

Tanggal 22 September 2012 kondisi nya sama persis dengan kondisi dia kemarin. Atau bahkan semakin parah. Siang hari, dokter tetap yang merawat ilham datang dan memeriksa ilham. Beberapa saat setelah keluar ruangan, dokter membaca hasil tes darah. Kalau leukosit naik dan menyuruh orang tua ilham ikhlas. Karena dokter sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi orangtua ilham tidak menyerah. Mereka tetap memohon untuk dicarikan solusi. Yang akhirnya memanggil dokter spesialis paru-paru. Siapa tau bisa memberikan second choice untuk ilham.

Sore hari nya dengankeadaan ilham yang semakin melemah dan melemah, dokter spesialis paru pun datang. Ilham diberi resep obat sesak nafas dosis tinggi untuk membantu pernafasannya itu. Tapi dia masih makin sesak dan makin sesak. Badannya dingin, keringat seluruh badan mengucur deras. Dia pegang tanganku yang waktu itu duduk di sebelahnya. Aku bisikan istighfar, surat al-fatihah, surat al-ikhlas, sholawat nariyah, sholawat, bahkan kalimat syahadat. Terus dan terus... Dalam hati aku pasrah, dalam hati aku ikhlas.

Bersambung ke Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part7

0 komentar:

Posting Komentar

 

Panda's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review