Kamis, 11 Oktober 2012

Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part7 (THE END!!!)

Diposting oleh Unknown di 9:14 PM 0 komentar
      Malam hari dia diambil darah untuk tes arteri. sembari menunggu, aku terus disampingnya. Dan ternyata mama nya ilham pingsan di luar ruangan. Lalu dirawat oleh suster di ruangan ilham. Aku sebenernya udah sangat lemes, mata berkunang. Tapi aku mensugesti diriku sendiri, 'Aku harus bisa kuat berdiri tegak di depan ilham. Aku harus ada disampingnya apapun yang terjadi.' 

     Bersamaan itu, ilham mengeluh,"Kenapa kok mataku burem sayang? gelap.." Disitu aku makin nyesek dan makin meneteskan airmata, tapi tetap aku jawab pelan,"Jangan takut sayang, abis ini pasti balik kok. Cuma pengaruh obat itu. sabar ya." Badannya makin kedinginan. Aku selimutin sekujur tubuh nya, aku peluk kaki nya.
Lalu dia melepas masker oksigennya, memencet hidungnya. "Kenapa sayang, kalau kamu pencet kan tambah sesak." Dengan raut muka panik dia menjawab,"Kupingku budeg. Kenapa ini? Kupingku budeg." Aku bisikan ke dia dengan jawaban yang sama,"Jangan takut sayang. Abis ini balik kok. Itu cuma pengaruh obat."



dokter dokter pengontrol luka bekas operasi ilham
       Aku pegang terus tangannya, aku usap keringat-keringatnya yang membuat tubuhnya basah kuyup. Aku terus berdoa untuk meminta Allah menunjukkan kebesaran-Nya dan tidak mengambil ilham. Dengan tetap duduk disampingnya, aku bacakan Al-Fatihah sebanyak 100kali, aku bacakan surat Yasin. Nggak berhenti aku memohon kepada Allah, aku sangat belum siap buat kehilangan dia.

       Kira-kira pada jam 12.15 malam (yang sudah menginjak tanggal 23 September 2012) ilham dibawa ke ICU Thorax. Dan sebelumnya dia melepas cincin tunangan kami yang dia pakai. Dan dia berikan ke aku. Lalu dia diberangkatkan ke ICU. Disana ternyata ilham dalam keadaan setengah sadar. Matanya sudah terpejam, tapi badannya berontak. Menurut perawat, ilham dalam keadaan gelisah karena nafasnya yang sangat sesak. Aku nangis sejadi-jadinya, aku panggil nama dia terus, akhirnya aku dibawa keluar sama om nya ilham supaya bisa tenang. Aku tetap nangis nggak karuan diluar. Aku sama sekali nggak mau kehilangan dia. Aku nggak siap. Beberapa saat setelah ilham diganti bajunya, aku sangat ingin masuk ke dalam ruang ICU itu lagi. Walaupun dilarang oleh papa dan om nya ilham, aku tetap kekeh buat masuk ke dalam.


       Aku terus manangis liat keadaan ilhamku yang kayak gitu. Aku terus berdoa. Mengharap mukjizat Allah datang pada ilham. Setelah itu aku peluk lengannya, aku usap keringatnya. Aku lihat mulutnya seperti meniup-niup dan keluar seperti liur berwarna putih susu. Aku semakin ketakutan. Lalu dokter datang dan mencoba melakukanpenyelamatan ke ilham. Dan akhirnya sekitar jam 01.15 dini hari lelakiku berhenti berdetak, berhenti bernafas dan berhenti bergerak. Papanya ilham langsung mengatakan ,"Innalillahi wa inna illaihi rojiun". Di situ aku langsung jatuh. Kaki ku lemas seperti nggak ada tulang. Mataku berkunang,kunang. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku nggak terima ilhamku pergi. Aku nggak percaya. Ini semua kayak mimpi. Hatiku terasa sangat sakit.

      Aku kuatkan badanku buat berdiri, aku peluk jasad tunanganku yang telah hilang nyawa nya, yang sudah memutih badannya. Aku goncang badannya. Aku panggil berkali-kali. Aku nggak peduli siapapun menarik badanku buat berhenti. Tapi aku tetap menggoncang tubuhnya sambil memanggil namanya. Tapi semua sia-sia.

      Ilhamku, tunanganku, lelakiku udah pergi. Pergi buat selamanya. Pergi buat kehidupan yang kekal di surga. Tanpa sesak nafas, tanpa tumor, tanpa kesakitan, tanpa infus, tanpa oksigen, tanpa obat, dan sebagainya.

      Disitu rasanya harapanku yang sangat aku tunggu ilang semua. Buat hidup bersama dia, buat bahagiain dia, Buat melakukan segala rencana-rencana kami. Saat itu hatiku sangat terasa sakit.. sangat sakit.
Orang yang aku sayang, aku cinta pergi dari dunia. Dan kenyataannya dia bukan jodohku. Itu yang sangat membuat aku sakit. Tapi selamanya ilham tetap di hatiku. Entah sampek kapan aku bisa bangkit, entah sampek kapan aku bisa menguatkan hatiku, entah sampek kapan aku bisa membuka hatiku untuk orang lain. Dan sampai detik ini, aku masih berharap bisa bersatu dengan ilham. Aku juga nggak tau kenapa aku yakin dia tetap buat aku. Aku sadar semua nggak mungkin, tapi aku cuma ingin hidup sama ilham. Hidup bahagia kekal.

Selamat Jalan Sayang... 








Rabu, 10 Oktober 2012

Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part6

Diposting oleh Unknown di 2:30 PM 0 komentar
      Pada tanggal 21 September 2012 aku sakit, badanku drop dan nggak bisa bangun. Akhirnya aku istirahat di penginapan depan RS dimana ilham dirawat. Di situ aku kecewa ama diriku sendiri. Kenapa harus sakit? Aku jadi pisah ma kamu. Aku jadi nggak bisa disampingmu. Akhirnya sore hari aku merasa sudah sanggup berdiri, lalu dengan keringat dingin kluar deras aku kuat-kuatkan untuk berjalan kembali ke RS dan kebetulan teman-teman kuliahnya ada disana menjenguk dia. Karena keadaan dia harus steril di dalam kamar itu, aku cuma bisa melihat dia dari ambang pintu, takut dia tertular. Tapi tangannya melambai ke aku. Manggil aku. Aku cuma bisa memelas sambil menggeleng kepala. Oksigen yang dia pakai, sudah benar-benar dibatas maksimal. Tapi tunanganku itu tetep sesak dan semakin sesak.

     Dia minta papa dan mama nya bergantian memeluk dia dan dia meminta maaf atas segala kesalahannya pada kedua orangtuanya. Aku nggak bisa menahan semuanya. Aku nggak bisa menahan yang akan keluar dari mataku. Lalu dia berkata,"Bawa aku pulang pa. Aku pengen ke pantai." Tapi orangtuanya tidak menuruti karena keadaan dia yang sudah seperti ini. Malamnya dokter anastesi yang sangat dia kagumi datang. Karena memang aku yang menghubungi beliau. Dokter itu lah yang menolong dan menunggui ilham pada saat ilham kritis di ICU RS pasca operasi. Dokter sudah tau keadaan ilham karena papanya sudah menceritakan. Dokter pun membantu mengusahakan membantu meredakan sesak nafas ilham. Semampunya. Tapi ilham tetap seperti itu. Dia menggenggam tangan dokter dan berkata, "Sangat sesak dok. Tolong dok." Dan dokter berusaha menghiburnya dengan kata-kata agar ilham tidak panik. Karena memang itu lah batas kemampuan dokter yang juga sebagai manusia. Itu lah keterbatasan hamba Allah.


Ilham sempat bilang kalau dokter idolanya ini penyelamat dia, "He is  like a hero for me."

   Saat keluarga-keluarga ilham datang, aku dan dokter di luar. Dokter berusaha menenangkan aku, dia bilang pernah merasakan hal yang sama seperti aku dulu. Dan dokter mulai bercerita tetang ibunya. Dulu ibu nya sakit kanker mata dan saat terakhir, kondisi nya lebih buruk dari ilham. Dokter bilang, "Saya percaya ilham orang baik. Memang hanya orang-orang terpilih yang sakit seperti ini." Disitu air mataku makin deras dan makin deras. 


Akhirnya aku kembali ke penginapan karena sudah lemes banget dan memikirkan besok. Aku takut hari besok datang. Sangat takut. Besok adalah penentuan. Bila hasil tes darah leukositnya turun, maka dia langsung dikemotherapy. Namun bila leukositnya meningkat, dokter menyerahkan ke keluarga. Tidak dikemotherapy, atau tetap dikemotherapy dengan resiko yang ada yaitu tumor mengecil (best case) atau ilham koma (worst case).

Tanggal 22 September 2012 kondisi nya sama persis dengan kondisi dia kemarin. Atau bahkan semakin parah. Siang hari, dokter tetap yang merawat ilham datang dan memeriksa ilham. Beberapa saat setelah keluar ruangan, dokter membaca hasil tes darah. Kalau leukosit naik dan menyuruh orang tua ilham ikhlas. Karena dokter sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi orangtua ilham tidak menyerah. Mereka tetap memohon untuk dicarikan solusi. Yang akhirnya memanggil dokter spesialis paru-paru. Siapa tau bisa memberikan second choice untuk ilham.

Sore hari nya dengankeadaan ilham yang semakin melemah dan melemah, dokter spesialis paru pun datang. Ilham diberi resep obat sesak nafas dosis tinggi untuk membantu pernafasannya itu. Tapi dia masih makin sesak dan makin sesak. Badannya dingin, keringat seluruh badan mengucur deras. Dia pegang tanganku yang waktu itu duduk di sebelahnya. Aku bisikan istighfar, surat al-fatihah, surat al-ikhlas, sholawat nariyah, sholawat, bahkan kalimat syahadat. Terus dan terus... Dalam hati aku pasrah, dalam hati aku ikhlas.

Bersambung ke Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part7

Selasa, 02 Oktober 2012

Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part5

Diposting oleh Unknown di 9:39 AM 0 komentar
         Dan sebenarnya ilham, menderita kanker ganas yang berjenis Thymic Carcinoma yang sudah stadium lanjut dengan metasis atau penyebaran tingkat tinggi. Aku sangat sangat sangat kaget. Terus terang semakin hari aku semakin tidak ingin meninggalkan dia. Setelah itu pada tanggal 13 September 2012 dengan kondisi dia yang semakin memburuk, aku, papa nya, dan abi nya (kakek ilham) mengantar dia kembali ke RS karena kondisi yang semakin memburuk dan sebelum kemotherapy dia harusnya steril dan tidak sakit sedikitpun. Tapi saat itu dia meriang, sedikit batuk dan muntah. Kondisi nya saat itu benar-benar lemah, pucet dan lemmeesss banget. Setelah sampai di RS, dia diberi penanganan yang setidaknya meringankan mualnya. Dan aku sangat tau, kalau sebenarnya apapun yang dilakukan dokter dan perawat tidak menghilangkan sedikitpun kanker yang menggerogoti badan tunanganku itu. Itu yang bikin aku kadang terasa sesak kalau inget. Aku pengen menggantikan dia Yaa Allah kalau aku bisa. Atau bagi lah sedikit sakitnya kepada hamba. Tapi itu mustahil. Aku cuma bisa memohon yang terbaik setiap aku berdoa.

       Beberapa minggu itu setiap hari, dia menggenggam tanganku dan bilang,"Sayang, jangan pernah tinggalin aku ya. Aku orang yang bakal hidup ama kamu." Dan saat itu juga aku netesin air mata yg nggak bisa aku tahan setiap hari dan setiap kali dia ngomong seperti itu sambil menjawab,"Iya sayang.. aku semakin nggak mau ninggalin kamu kok. I love you sayang." dan Ilham pun senyum dengan senyum nya yang khas, lalu menjawab  lagi,"I love you too my breath."


      Suatu pagi dia mengucapkan kalimat itu lagi, dan mengambil selembar tisu disampingnnya yang selalu dia pakai buat memuntahkan lendir yang terus ada dan menyiksa tenggorokannya, lalu dia menggulung-gulung selembar tisu itu sampai berbentuk gulungan ramping yang kira-kira berdiameter tidak lebih dari 0,5 cm. Lalu menyatukan ujung-ujung nya dijadikan seperti bentuk cincin pertunangan kami, dan dimasukkan ke jari tengahku lalu berkata,"Will you be mine?". Aku ketawa terbahak-bahak dan dia pun juga. "Ya aku mau sayang". Akhirnya aku ikuti cara dia buat cincin dari selembar tisu seperti itu dan aku masukin cincin tisu buatanku ke jari tengah nya juga. Dan anehnya kami berdua malah saling mandang dan senyum. Nggak lagi ketawa terbahak. Aku cium keningnya dan bibirnya menyunggingkan senyum dibalik masker oksigennya. Aku harap kebahagiaan itu aku bawa sampai kakek nenek sama ilham.
kegiatan gosok gigi ilham


aku sedang menyuapi makan malam ilham
menyeka badan ilham pada pagi dan sore hari


     Semakin hari kondisi Ilham semakin memburuk. Leukosit meningkat, jadi dokter tidak berani buat melakukan kemoterapi. karena takut tubuh menolak, tidak kuat dan dia koma. Sementara kalau tidak dilakukan kemoterapi, pertumbuhan sel kanker yang sangat tinggi itu bisa terus menekan paru-parunya. Memang saat itu, hasil rongent sangat membuat bingung dan shock aku, keluarga ilham dan paramedis yang sudah membantu ilham, karena dalam 8hari tumbuh 7 benjolan sebesar koin dan bahkan ada yang  lebih besar, tumbuh di paru-parunya dan menekan jalannya oksigen yg ilham sangat butuhkan untuk bernafas.

Selama 3 hari dia kritis dan tidak bisa bernafas. Padahal oksigen sudah mencapai batas maksimal, tapi dia bilang nggak terasa apa-apa. Semakin sesak dan semakin sesak. Dalam hatiku bilang,"Aku optimis kamu sembuh sayang, tolong survive.." air mataku nggak habis-habis aku keluarkan untuk dia, tapi nggak di depan dia tentunya.

       Sebentar-sebentar aku kluar ruangan dan menangis.. Menangisi orang yang sangat aku sayang, orang yang biasa melindungiku, orang yang biasa mengacak rambutku setelah aku nyisir, orang yang pegang tanganku saat aku deg-degan, orang yang meluk aku saat aku nangis, orang yang hampir setiap hari duduk di kursi panjang ruang tamuku, orang yang ngedrum di panggung dan sesekali ngliat aku sambil senyum, orang yang aku bangunin kuliah tiap pagi, orang yang cium keningku pas pamit pulang, orang yang setiap hari ngomong 'i love you', 'i miss you' dan 'i need you' berulang-ulang, orang yang janji mau hidup sama aku, dan masih banyak lainnya. 

    
     Sekarang dia cuma bisa ngomong semampu dia dengan matanya yang makin hari semakin sayu, mandang aku yang pucat pasi karena lemes liat dia kayak gitu. Tangannya melambai buat manggil aku disampingnya. Aku jalan ke arahnya dengan senyum yang memaksa dan mata bengkak pedih bamget karena nangis berhari-hari. Tangan kiri nya megang tanganku, dan tangan kanannya yang tertancap infus memegang dadanya dengan raut wajah memelas kesakitan. Rasanya aku nyesek sekali liat badan yang sudah kurus kering itu ksakitan, menahan semuannya.


Bersambung ke  Pacarku dan Perjuangannya Melawan Thymic Carcinoma part6
 

Panda's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review